“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak menghormati yang tua.”
(HR. Tirmidzi)
Dalam dunia yang serba cepat dan egois, membesarkan anak yang penyayang, peka terhadap perasaan orang lain, dan penuh empati adalah anugerah luar biasa. Islam tidak hanya menekankan ibadah ritual, tapi juga akhlak antar manusia. Dan empati adalah bagian penting dari akhlak itu.
Rasulullah ﷺ dikenal sebagai sosok yang sangat lembut kepada anak-anak, bahkan pada hewan dan tumbuhan. Beliau bukan hanya mengajari lewat kata-kata, tapi juga mencontohkan sikap kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari.
Mengapa Balita Perlu Belajar Empati Sejak Dini?
Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain dan merespons dengan kepedulian. Pada balita, empati adalah kemampuan yang tumbuh secara bertahap—dan dapat diasah sejak usia sangat muda melalui lingkungan yang tepat.
Anak yang terbiasa memperhatikan perasaan orang lain akan:
-
Lebih mudah bersosialisasi
-
Jarang menjadi pelaku bullying
-
Punya kepribadian tenang dan lembut
-
Tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab sosial
5 Cara Islami Mengembangkan Empati pada Balita
1. Tunjukkan Kasih Sayang Secara Konsisten
Rasulullah ﷺ memeluk, mencium, dan menyapa anak-anak kecil dengan lembut. Dalam satu riwayat, beliau mencium cucunya, Hasan, di depan orang Arab Badui. Ketika orang itu berkata, “Saya punya 10 anak, tak pernah saya cium satu pun.” Rasulullah ﷺ menjawab:
“Siapa yang tidak menyayangi, dia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari & Muslim)
Balita yang sering mendapatkan pelukan, belaian, dan senyuman akan belajar bahwa kasih sayang adalah hal yang wajar dan indah untuk diberikan kepada orang lain.
2. Gunakan Bahasa Perasaan dalam Komunikasi
Biasakan menyebut perasaan, misalnya:
-
“Adik nangis ya? Mungkin dia sedih.”
-
“Mainan kamu rusak, pasti kamu kecewa ya?”
-
“Kakak peluk teman yang jatuh, itu perbuatan baik.”
Dengan begitu, anak mulai mengenal emosi, dan tahu cara merespons dengan empati. Ini juga membangun kecerdasan emosional.
3. Ajak Anak Membantu dan Berbagi
Libatkan anak dalam kegiatan berbagi:
-
Memberi makanan pada tetangga.
-
Mengajak anak memilih mainan yang ingin disumbangkan.
-
Mengantar sedekah bersama ke masjid atau panti asuhan.
Lalu katakan: “Kita senang bisa bantu mereka, ya. Allah suka anak yang suka berbagi.”
Anak akan merasa bangga karena tindakannya bermanfaat untuk orang lain.
4. Tonton atau Ceritakan Kisah Rasul dan Sahabat
Pilih cerita-cerita yang menonjolkan kasih sayang dan kelembutan:
-
Rasulullah ﷺ yang menghentikan khutbah untuk menurunkan cucunya dari punggung saat salat.
-
Abu Hurairah yang memberi makan kucing liar.
-
Kisah Ummu Sulaim yang sabar ketika anaknya wafat.
Cerita-cerita ini menanamkan nilai empati lewat tokoh teladan Islami.
5. Jangan Abaikan Saat Anak Menyakiti Orang Lain
Balita kadang mencubit, mendorong, atau memukul karena emosi. Jangan dibalas dengan marah besar, tapi:
-
Tanyakan: “Bagaimana perasaan adik waktu kamu pukul?”
-
Tawarkan solusi: “Ayo kita minta maaf dan peluk adik.”
-
Ulangi nilai: “Anak baik itu yang sayang sama orang lain, ya.”
Mengarahkan anak dengan lembut lebih efektif daripada menghukum keras.
Penutup
Mengasah empati pada balita bukan sekadar mendidik anak untuk jadi baik hati. Tapi ini adalah bagian dari ajaran Islam yang penuh cinta dan rahmat. Anak yang belajar empati sejak dini akan tumbuh menjadi insan yang penyayang, peka terhadap sekitar, dan menjalani hidup dengan penuh kasih.
Besok, kita akan bahas tema “Mendidik Kemandirian Balita ala Sunnah — Antara Bimbingan dan Kepercayaan.”
