Melihat anak sendiri bersikap kasar — memukul, mencubit, bahkan melempar barang — bisa membuat orang tua merasa gagal. Tapi penting untuk diingat: balita belum punya kontrol emosi yang matang, dan perilaku agresif bukan berarti mereka “nakal” atau “jahat”.
🔍 Kenapa Balita Bisa Bersikap Agresif?
Perilaku seperti memukul sering kali merupakan cara anak mengekspresikan emosi yang belum bisa diucapkan, seperti:
-
Frustrasi karena tidak dimengerti
-
Cemburu atau merasa tersisih
-
Ingin mempertahankan mainan atau ruangnya
-
Meniru perilaku yang pernah dilihat (dari orang tua, TV, atau teman)
🧠 Fakta Psikologi:
-
Anak usia 2–4 tahun belum sepenuhnya mengembangkan kontrol impuls di bagian otak (prefrontal cortex).
-
Mereka belum bisa menunda keinginan atau memilih kata yang tepat saat emosi tinggi.
-
Jadi, pukulannya adalah “teriakan” karena tidak bisa berkata-kata.
⚠️ Hal yang Sebaiknya Tidak Dilakukan:
-
❌ Memukul balik atau mencubit sebagai balasan
Anak belajar bahwa kekerasan adalah respon yang sah. -
❌ Mengatakan “nakal!” atau “malu-maluin!”
Ini menyerang harga dirinya dan tidak membantu anak memahami apa yang salah. -
❌ Langsung menyuruh minta maaf saat anak belum tenang
Anak belum memahami makna permintaan maaf jika masih emosi.
✅ Langkah Empatik untuk Mengatasi Anak yang Memukul
1. Hentikan Perilaku dengan Tegas, Tapi Lembut
“Tangan bukan untuk memukul. Mama tidak akan biarkan kamu menyakiti orang lain.”
Gunakan nada datar dan tenang. Jangan berteriak, tapi pastikan Anda terlihat serius.
2. Pindahkan Anak dari Situasi
Ajak menjauh sebentar dari keramaian untuk menenangkan diri. Ini bukan “hukuman”, tapi “break emosi”.
3. Bantu Anak Menamai Emosinya
“Kamu marah karena mainanmu diambil, ya? Tapi memukul bukan cara yang baik.”
Mengenali emosi adalah langkah pertama untuk bisa mengendalikannya.
4. Tawarkan Alternatif
Ajarkan cara mengekspresikan emosi dengan kata:
“Kalau kamu marah, kamu bisa bilang ‘aku tidak suka’, atau kamu bisa bilang ke Mama.”
5. Berikan Umpan Balik Positif
Saat anak berhasil menahan diri, beri pujian spesifik:
“Tadi kamu nggak pukul, tapi bilang ‘aku kesal’. Mama bangga.”
🧰 Kegiatan Pendukung di Rumah:
-
Baca buku tentang emosi dan ekspresi marah (misalnya: “Aku Marah Tapi Aku Boleh Bicara”)
-
Bermain pura-pura dengan boneka (latihan ekspresi emosi)
-
Ajarkan teknik menenangkan diri (napas dalam, peluk, tekan tangan)
✍️ Refleksi Hari Ini:
-
Apakah saya pernah memberi contoh mengekspresikan emosi dengan kasar?
-
Apakah saya sudah cukup memberi anak kata-kata untuk bicara tentang emosinya?
-
Apa satu kalimat pendek yang bisa saya ulang untuk bantu anak mengontrol diri?
💬 Kutipan Hari Ini:
“Anak yang memukul bukan anak nakal. Ia hanya belum tahu cara menyalurkan marah dengan sehat. Tugas kita adalah mengajarinya, bukan menghukumnya.”
