Anak Terlambat Bicara: Haruskah Khawatir?”

“Usia 2 tahun tapi baru bisa bilang ‘mama-papa’. Teman-temannya sudah bisa ngomong banyak. Saya jadi cemas. Apa ini normal?”

Pertanyaan ini sangat umum di kalangan orang tua balita. Keterlambatan bicara bisa menjadi sumber kekhawatiran besar. Namun, penting untuk memahami bahwa perkembangan bahasa sangat bervariasi pada anak usia dini, dan tidak semua keterlambatan menandakan masalah serius.


🧠 Bagaimana Perkembangan Bicara Normalnya?

Menurut milestone dari American Academy of Pediatrics:

👶 Usia 12 bulan:

  • Mengucapkan 1–3 kata bermakna (misal: mama, papa, dada)

  • Merespons saat namanya dipanggil

  • Menunjuk atau menggunakan gestur (melambaikan tangan, dll)

🧒 Usia 18 bulan:

  • Mengucapkan minimal 10 kata

  • Memahami perintah sederhana (“ambil bola”, “duduk di kursi”)

🧒 Usia 2 tahun:

  • Menggunakan 50 kata atau lebih

  • Menggabungkan 2 kata (“mau susu”, “ayo jalan”)

  • Bisa menyebut nama anggota keluarga atau benda umum

🧒 Usia 3 tahun:

  • Mengucapkan 200–500 kata

  • Bisa membuat kalimat sederhana

  • Dimengerti oleh orang luar sekitar 50–75% dari ucapannya


🧩 Fakta Menarik:

  • Anak laki-laki cenderung sedikit lebih lambat bicara dibanding anak perempuan.

  • Anak yang tumbuh dalam lingkungan multilingual bisa sedikit terlambat, tapi ini normal.

  • Ada istilah “late talker” — anak yang terlambat bicara tapi perkembangan lainnya normal.


⚠️ Kapan Harus Mulai Waspada?

📌 Jika anak Anda:

  • Usia 18 bulan belum mengucapkan kata bermakna apa pun

  • Usia 2 tahun belum bisa menyusun 2 kata

  • Tidak menunjuk, tidak menoleh saat dipanggil, atau tidak paham instruksi sederhana

  • Kehilangan kemampuan bicara yang sebelumnya sudah dimiliki

👉 Konsultasikan dengan dokter anak atau terapis wicara (SLP — speech language pathologist).


✅ Apa yang Bisa Dilakukan Orang Tua?

1. Perbanyak Interaksi 1:1

  • Jangan hanya memberi perintah, ajak ngobrol.

  • Saat melakukan aktivitas bersama, narasikan apa yang sedang Anda lakukan.

“Sekarang kita buka baju dulu yaa… yuk masuk kamar mandi…”


2. Gunakan Bahasa yang Sederhana dan Konsisten

Anak belajar dari pengulangan. Gunakan kalimat pendek:

“Ini bola. Bola besar! Bola warna merah.”


3. Kurangi Gadget dan TV

Terlalu banyak screen time (bahkan jika itu video edukatif) tidak efektif untuk belajar bicara.
Anak perlu respon dua arah, bukan hanya mendengar.


4. Respons dan Tiru

Jika anak hanya bisa mengeluarkan suara, tiru balik dan tambahkan.

Contoh:

  • Anak: “Bu!”

  • Orang tua: “Iya, itu bubu! Mau bubu, ya?”


✍️ Refleksi Hari Ini:

  • Apakah saya lebih banyak memberi waktu untuk bicara bersama anak atau malah sibuk sendiri?

  • Kapan terakhir saya benar-benar mendengarkan dan merespons suara kecil anak saya?

  • Adakah kata baru yang bisa saya latih hari ini?


💬 Kutipan Hari Ini:

“Setiap anak punya irama tumbuhnya sendiri. Tugas kita bukan menyamakan langkah, tapi menemani tanpa tekanan.”