“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad)
Banyak orang tua sibuk mengejar kecerdasan anak: kursus ini-itu, baca buku, hitung angka sejak dini. Tapi dalam Islam, adab (akhlak dan sopan santun) lebih utama dari sekadar ilmu.
Syaikh Bakr Abu Zaid menyampaikan dalam kitabnya Hilyatu Thalibil Ilmi:
“Adab adalah pintu masuk ilmu. Ilmu tak akan bermanfaat tanpa adab.”
Maka, sejak balita, mari mulai menanamkan adab Islami dalam keseharian anak — bukan dengan teori, tapi dengan teladan, suasana, dan kebiasaan kecil.
Apa Itu Adab untuk Balita?
Adab bukan hanya sopan santun, tapi kesadaran dalam bertingkah laku sebagai hamba Allah:
-
Mengucap salam ketika masuk rumah.
-
Mengucapkan “alhamdulillah” saat bersin.
-
Tidak memotong pembicaraan.
-
Menjawab ketika dipanggil.
-
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Balita memang belum paham makna mendalam, tapi kebiasaan akan membentuk karakter. Jika adab ditanam sejak kecil, maka saat dewasa, akhlak mulia akan menjadi bagian dari kepribadian.
5 Cara Menanamkan Adab Islami pada Balita
1. Teladan Orang Tua Adalah Segalanya
Anak meniru, bukan mendengar. Jika orang tua terbiasa memberi salam, tidak berteriak, memuji anak dengan lembut, dan meminta maaf ketika salah — maka anak pun akan meniru.
Contoh:
Ali (3 tahun) mengucap, “Afwan ya Ummi, aku nggak sengaja tumpahin air,” bukan karena dia diajari teori, tapi karena ibunya sering berkata demikian saat melakukan kesalahan.
2. Latih dengan Momen Sederhana
Gunakan momen sehari-hari:
-
“Kita tunggu giliran, ya. Itu adab dalam antre.”
-
“Kalau kamu mau bicara, sentuh tangan Mama dulu. Jangan potong ya.”
-
“Kalau dapat makanan, bilang apa? Alhamdulillah!”
Ulangi dengan konsisten, dan buat suasana menyenangkan.
3. Berikan Pujian untuk Adab Baik
Jangan hanya memuji saat anak bisa membaca huruf hijaiyah, tapi juga saat ia melakukan adab yang baik:
-
“Masya Allah, kamu izin dulu sebelum ambil mainan ya. Hebat!”
-
“Abang sabar banget nunggu giliran. Allah senang, Nak.”
Pujian ini bukan memanjakan, tapi menguatkan nilai dalam hati mereka.
4. Gunakan Kisah Teladan dari Nabi
Balita suka cerita. Gunakan kisah-kisah Nabi dan sahabat yang menunjukkan adab luar biasa:
-
Nabi Muhammad selalu tersenyum dan menyapa anak kecil.
-
Hasan dan Husain mencontohkan cara berwudhu yang benar kepada orang tua dengan cara sopan.
Sampaikan dengan gaya cerita santai menjelang tidur atau saat santai sore.
5. Jangan Abaikan Kesalahan, Tapi Koreksi dengan Cinta
Jika anak berlaku tidak sopan, jangan langsung dimarahi keras. Gunakan pendekatan penuh kasih:
-
“Tadi kamu bicara sambil teriak. Yuk, kita ulang lagi dengan suara pelan, ya?”
-
“Tadi belum jawab saat dipanggil. Kita coba lagi, Ummi panggil, kamu jawab ya.”
Pendekatan seperti ini mendidik, bukan melukai.
Adab Adalah Kunci Masa Depan
Anak yang pintar belum tentu sukses jika tidak punya adab. Tapi anak yang punya akhlak mulia akan mudah diterima, dicintai, dan diberkahi oleh Allah dalam hidupnya.
Adab adalah “kunci pembuka” semua pintu kebaikan. Maka, jika kita ingin anak kita jadi hamba Allah yang mulia, mulailah dari adab — bukan dari hafalan, bukan dari nilai.
Penutup
“Adab sebelum ilmu” bukan slogan kosong. Ia adalah fondasi kuat dalam pendidikan Islami. Dan balita, meski kecil, sudah bisa mulai mempelajarinya — lewat teladan, cerita, dan cinta dari orang tuanya.
Besok, kita akan bahas tema “Mengasah Empati dan Kasih Sayang Anak: Belajar dari Sunnah Rasul”
